Pengetahuan dan Sikap Masyarakat di Daerah Endemis Filariasis Limfatik (Studi Kasus Kabupaten Sarmi, Papua)
DOI:
https://doi.org/10.30643/jiksht.v13i2.14Keywords:
Lymphatic Filariasis, Knowledge, AttitudesAbstract
District Sarmi is one of the districts in Papua which has the highest rate of microfilaria (mf) (47.06%) up to the year 2012. Province Papua filarial worm is Wuchereria bancrofti and is transmitted through the bite of a mosquito vector. The study aims to analyze the influence of community knowledge and attitudes towards the incidence of lymphatic filariasis in endemic areas in Sarmi District. This study used a case-control method. Samples comprised 32 case samples (mf +) and 32 control samples (mf-). The results of this study there was an influence between knowledge of Lymphatic Filariasis Incidence and no influence between attitudes toward lymphatic filariasis Incidence in Sarmi district. Proven by logistic regression test p-value of knowledge (0.019) and attitudes (0.389). According to the results of research and recommendations for lymphatic filariasis, the prevention system is health promotion, community development and training of health workers. Conclusions: Highest gender characteristics was male, adult, level of education from elementary school, the respondents worked as farmers and had low-income levels.
Â
Keywords: Lymphatic Filariasis, Knowledge, Attitudes.Downloads
References
Ardias. (2012). Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Sambas. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 11(2), 199–207.
Dinkes Provinsi Papua. (2012). Pemberantasan Penyakit Filariasis. Papua.
Erwin S, Devi N, I. C. (2013). Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012. Jurnal Ekologi Kesehatan, 11(5), 1–8.
Kalangi Nico S. (1994). Kebudayaan dan Kesehatan, Pengembangan Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosial budaya. Jakarta: PT. Kesaint Blanc Indah Corp.
Kemenkes RI. (2010a). Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi (Vol. 1). Jakarta.
Kemenkes RI. (2010b). Rencana Nasional, Program Akselerasi Eliminasi Filariasis Di Indonesia Tahun 2010-2014, subdit Filariasis dan Schistomiasis. Jakarta.
Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011. Jakarta.
Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Jakarta.
Lukman W, & Rasyid R. (2008). Evaluasi Kebijakan Program Pemberantasan Filariasis di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 11(3), 289–298.
Nasrin. (2008). Faktor-faktor Lingkungan dan Perilaku yang berhubungan dengan kejadian Filariasis di Kabupaten Bangka Barat. Universitas Diponegoro, Semarang.
Nola Riftiana, & Soeyoko. (2010). Hubungan Sosiodemografi dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(1), 1–8.
Notoatmodjo Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Edisi Revi). Jakarta: Rineke Cipta.
Nungki H, & Santoso. (2012). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Oku Timur Tentang Filariasis Limpatik. Jurnal Ekologi Kesehatan, 11(3), 251–257.
Rizky Amelia. (2013). Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Filariasis. Unnes Journal of Public Health, 3(1).
Santoso, & Saikhu, A. (2010). Kepatuhan Masyarakat Terhadap Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2008. Buletin Penelitian Kesehatan, 38(4), 193–204.
Sudomo M. (2008). Penyakit Parasitik yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Entomologi dan Moluska. Jakarta.
Sugimin. (2009). Faktor Lingkungan dan Prilaku Kesehatan Masyarakat yang Berpengaruh Terhadap kejadian Filariasis. Universitas Airlangga.
Widodo. (2011). Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.